CINTA MASA PUTIH ABU-ABU
Oleh :
Nara Lanina Stevania
Di sisi dunia, roman-roman remaja mulai tumbuh. Gaya
kekanak-kanakan yang dulu menyebalkan, kini berubah drastis bagai disulap
pensil skalakabumbum. Dari yang dulu imut-imut kayak marmut, sekarang jadi
amit-amit kayak moyangnya marmut. Dari yang dulu masih ngompol, sekarang malah
makin beser. Tapi mungkin nggak dengan cewek yang satu ini. Cewek yang emang
imut-imut tapi nggak kayak marmut, malah lebih mirip sama Pretty shinta artis
Bollywood itu lho. Hidungnya yang mancung hampir kayak hidung pinokio. Matanya
yang bulat coklat, bibirnya nan sexy, rambutnya yang tergerai hitam lurus,
pokoknya jauh banget sama rambut sapu ijuk. Dan pokoknya, cewek yang satu ini
benar-benar prefect en sedikit agak tomboy sih. Walau begitu dia jadi idola
populer di sekolah lamanya, dan akan menjadi calon idola lagi di sekolah
lanjutnya. Maklum aja hari ini dia baru mengenakan seragam khas abu-abu Sekolah
Menengah Atas, yang dua hari sebelumnya masih mengenakan seragam biru-putihnya.
“Cinta, udah belum dandannya ? nanti kamu terlambat.” Cinta bukan panggilan
lebay dari seorang ibu pada anaknya lho, tapi emang itu adalah nama dari
seorang cewek yang cantik nan imut. Mungkin sebelumnya udah sempet di bahas
sedikit tentang cewek yang satu ini. Suara sang ratu rumah udah terdengar tak
sabar menunggu sang putri Cinta keluar dari kamarnya. Maklum saja, cewek yang
satu ini nggak cukup beberapa menit bersolek di depan cermin kesayangannya.
Mungkin bisa memakan banyak waktu, hingga banyak waktu yang terbuang sia-sia.
Tomboy sih boleh aja, tapi ini namanya melebihi dosis seorang wanita normal
untuk bersolek. Hahhahaah J ketawa
dikit lah.
“Rebes, Mom.” Satu jawaban singkat yang dilontarkan Cinta, untuk waktu yang
berjam-jam terbuang.
“Udah donk Cin, eke bete nih chin. Liat loe gak selesai-selesai berhadapan sama
eke.” Nada manja ala bancis akhirnya terdengar juga dari si cermin
kesayangannya itu.
“Oke cermin, gue mau berangkat nih.” Cinta membalikkan badan dan mengambil tas
Diesel selempangnya. Lalu berlalu pergi. I’m coming abu-abu . . . . . . . . .
***
Di sisi dunia lain pun terlihat sesosok makhluk tampan bin handsome, penghuni
salah satu istana di sebuah perumahan Menteng. Dengan gaya cool and cute, si
cowok yang bernama Revan itu menghampiri sang Raja yang sudah siap setengah jam
lalu di depan halaman istana dengan bersandar di mobil sedan berplat B yang
sudah hampir jamuran.
“Oke, Dad. I’m ready.” Si Revan pun langsung menghampiri ayahnya dengan gagah
tak berani, tapi tetap dengan senyuman yang cute itu. Mobil mereka pun melesat
secepat anak panah yang lepas dari busurnya, melewati celah yang kosong mobil-mobil
yang lain.
***
Sebuah Sekolah Menengah Atas di Jakarta yang cukup megah, telah menanti
siswa-siswi yang baru saja berganti abu-abu itu datang. Bel masuk pun dua menit
lagi berdering. Di setiap penjuru kelas yang cukup luas, anak-anak sudah tak
sabar menanti untuk memulai jam pelajaran pertama dimulai. Dengan semua yang
semua serba baru.
Karena
saking rajinnya, ada yang sudah menyiapkan alat tulis di atas meja, seperti
tempat pensil bergambar Doraemon; pensil yang bergambar Berbie; pulpen yang
diujung tombaknya ada kepala Micky; dan nggak ketinggalan perlengkapan makan
berbentuk kepala robot serta tempat air minum berwajah Smile warna biru.
“Eh Sis, elo mau sekolah apa mau camping ? kayak anak TK aja loe !” teriak
salah satu siswa yang penampilannya cukup keren. Siska hanya diam. “Cin, elo di
mana sih?” desis Siska pelan. Maklum aja, cewek yang satu ini adalah sahabat
Cinta waktu SMP dulu. Walau dia agak cupu, tapi Cinta senang punya teman
seperti dia, teman yang terlalu baik untuk tidak diajak berteman. Teman-teman
yang lain masih saja menertawakan keluguan Siska. Dan tak lama kemudian, bel
pun berbunyi. Tiba-tiba di ambang pintu ada dua sosok manusia yang muncul
tiba-tiba.
“Morning
semua, sorry gue telat.” Suara yang hampir berbarengan itu mengalihkan semua
mata yang sekitar beberapa menit yang lalu sedang menjuru pada sosok yang agak
kuper n cupu. Sekejap saja semua mata tertuju pada dua pasang mata di ujung
pintu kelas. Seluruh pasang mata yang tadinya menertawakan Siska, sekarang
malah berganti haluan.
“Cin, sini !” seru Siska sambil mengayunkan tangannya untuk memberi aba-aba pada
Cinta untuk segera duduk di sebelah bangkunya yang kosong. Cinta pun
mengiyakan.
“Oya Cin, kok loe tadi bisa barengan telat gitu sama tuh cowok ?” Siska membuka
obrolannya, dan ditatapnya Cinta dari arah samping.
“Nggak tahu, takdir kali.” Cinta tak terlalu menanggapi, dia malah asyik sibuk
sendiri.
***
Hari pertama sekolah dilalui dengan baik. Keesokannya akan ada banyak hal yang
akan lebih menanantang.
Di kantin . . .
“Eh Cin ! loe nggak usah kecentilan and kegeeran yach ! mentang-mentang kemarin
loe ke ‘gap’ bareng sama Revan.” Pantas aja tuh cowok jadi langsung tenar ke
kakak kelas, secara dia ternyata saingan populer juga kaya Cinta si cewek yang
agak tomboy yang satu ini. Baru ke ‘gap’ kayak kemarin aja udah seheboh itu.
Mulut cewek di depan Cinta udah monyong-monyong lima senti itu, cuma dicuekin
sama Cinta. Siska yang melihat adegan itu Cuma meringis katakutan di belakang
tubuh mungil Cinta. Sedangkan Cinta tak gentar sedikitpun.
“Eh ! loe bisu apa tuli sih ?” cewek itu makin garang n panas. Pantes aja
omongannya cuma dikacang rebusin abis-abisan sama Cinta. “kita hajar aja nih
cewek !” samber teman Stela, nggak kalah garang dari Stela.
“Eh cewek cupu cengeng ! ngapain loe liat-liat ?!” bentakan Stela membuat Siska
mati kutu. Tapi nggak buat Cinta, dia masih santai dengan es apel and siomay di
hadapannya.
“Oke guys, lebih baik kita seret aja nih cewek cupu. Buat kita jadiin tumbal.
Kita bawa ke kamar mandi dan kita mandiin aja sekalian. Hahahahahaha.” Cewek
and geng-nya itu menyeret Siska dengan sadis sambil tertawa puas. Anak-anak
yang berada tak jauh dari lokasi perkara itu Cuma bisa diam. Tak ada yang
berani sedikitpun sama geng cewek-cewek yang terkenal dengan tajir, top, and
garang itu. Jadi penonton setia adalah cap buat anak-anak hanya cuma bisa liat
adegan-adegan yang diperankan geng itu, tanpa harus jadi pemeran figura yang
Cuma numpang lewat atau sekedarnya nampang wajah yang separuh terlihat. Sungguh
tragis.
Lima langkah cewek and geng-nya itu melewati tubuh mungil Cinta, akhirnya Cinta
pun angkat bicara.
“Eh loe
!” langkah geng itu pun seraya berhenti, setelah baru saja ada panggilan alam
yang menggoda mereka.
“Hmmm, kita gitu maksud loe ?” tanya sok gak nyadar, diwakilin
salah satu personil geng itu. “Ya loe loe pada ! siapa lagi !” gaya khas
betawinya pun keluar juga.
“Berani juga nyali loe yach !” Stela kebawa emosi.
“Loe fikir gue takut sama makhluk macam kalian ?” semakin dekat langkah Cinta
yang menghampiri geng itu.
“Sebelum loe mandiin cewek ini,” Cinta menunjuk Siska yang makin gemetar nggak
keruan, dan “BYURRR . . . !!”
“Gue mandiin loe duluan ! ngerti loe !” es apel Cinta mendarat tepat ke wajah
Stela. Cinta langsung menarik Siska ke sampingnya. Stela and geng-nya melongo
nggak nyangka. Terbengong-bengong ala kucing yang mau pingsan karna diguyur
air. Bedanya ini nggak kabur pas disiram air. Hehe J
“Satu hal yang loe harus tahu,” Cinta diam sesaat dengan wajah yang baru aja
menampakkan sinis. “kalo loe bermasalah sama gue, loe hadapin gue satu lawan
satu ! dan nggak usah loe bawa-bawa temen gue. Ngerti loe !” bentakkan ganas
Cinta nggak bisa ditolak Stela. Cinta and Siska pun langsung meninggalkan
kantin tanpa memperdulikan Stela yang masih melongo heran. Semua anak yang
masih berada di TKP masih terbengong-bengong melihat adegan live film gratis
tadi. Mereka cukup terhibur, ada pula yang tersenyum merendahkan Stela and
geng-nya. Tapi tidak untuk Stela and geng-nya.
***
Sepatu kets olahraga dengan warna biru sudah terpasang rapih. Kaos olahraga pun
tak kalah matching dengan sepatunya. Dandanannya kali ini pun lebih sporty.
Yang kemarin rambutnya digerai, sekarang dikuncir 1 belakang dengan model jini
oh jini beraksesoriskan pita Micky biru. Di tangan kanannya terbelit gelang
Power Balance. Dan Cinta pun siap berangkat dengan mobil BMW-nya.
***
Tas Export hitam pun sudah digembloknya. Cowok yang satu ini pun nggak mau
kalah keren dari hari kemarin. Rambutnya yang sengaja dimodel mohak cepak pun
bikin wajahnya semakin keren n cool. Motor pun melesat cepat dan siap menjilati
aspal jalanan yang cukup ramai pagi ini.
***
‘Ciiiiiiiiiittttttt . . . . . . !!’
Decitan rem dua kendaraan pun saling berlomba menerobos masuk tempat parkir
kendaraan. Dua sosok manusia pun muncul. Di sisi kanan kendaraannya ada si
cewek cantik yaitu Cinta. Dan di sisi kiri kendaraannya ada cowok yang super
duper keren n ganteng yaitu Revan. Tak disangka dan tak diduga, semua orang
yang berada tak jauh dari tempat parkir itu menatap dua sosok yang baru muncul
itu. Semua mata tertuju pada kedua-nya, dari pinggir lapangan, tepi kelas atau
pun seluruh penjuru sekolah. Cinta dan Revan berjalan beriringan. Tak sebersit
sedikitpun untuk kedua-nya melirik apalagi melihat satu sama lain .
***
Di tengah lapangan basket pun sudah ada dua kubu pemain yang siap bertanding
hari ini. Dikubu penantang ada Cinta, Jessica, Amel, Dinda dan Meta yag
mewakili kelas satu. Dan di kubu lawan ada Stela, Angel, Reva, Cindy dan Vira
yang mewakili kelas dua. Kapten dari kedua kubu pun saling berhadapan.
“Loe hati-hati aja, bentar lagi loe akan kalah.” Stela dengan sinisnya menatap
Cinta, sambil memberi jempol terbalik. Cinta tampak tenang.
“Siapa takut ! lebih baik loe pulang aja deh sekarang ! daripada loe akan kalah
telak dan malu.” Cinta tampak tenang dan berjalan membalikkan badan menuju
tim-nya. Setelah lima menit untuk mengatur strategi, kedua kapten dari kedua
kubu pun berdiri di tengah lapangan. Wasit pun meniup peluit tanda pertandingan
dimulai. Yang pertama mendrible bola adalah tim Stela, saat akan melempar bola
ke arah ring lawan, bola pun terpotong oleh kelincahan Cinta. Cinta pun
mendrible bola dengan mulusnya dan masuk ! tim Cinta sudah unggul di score
pertamanya. Tim Stela pun nggak mau kalah telak sama tim Cinta. Dengan santai
Cinta pun kembali mendrible bola dengan lincahnya.menit pun berlalu berganti
jam. Persaingan kali ini sangat ketat, kedudukan sekarang 4:2. Tim Cinta masih
unggul 2 point. Di sela waktu yang tersisa, kedua kubu semakin ketat mengejar
score tertinggi. Dan ini lah puncak ketegangan para pemain dan penonton, kedua
kubu sama-sama kuat. Wasit pun akan meniupkan peluit tanda pertandingan
selesai. Wasit menghitung mundur, 5, 4, 3, dan dihitungan ke-2, MASUK !! Cinta
berhasil memasukkan bola ke arah ring. Dan akhirnya, ‘prrrriiiiiiitttttt . . .
. . . . priiiiiittttt . . . . !!’ peluit tepat ditiup dihitungan ke-1. Dan
akhirnya tim Cinta lah yang memenangkan pertandingan. Mereka berpelukan kayak
Teletubies. Dan tim Stela pun pergi meninggalkan lapangan dengan wajah ketekuk
and kusutnya minta ampun, kayak baju yang belum disetrika.
***
Kantin mendadak ramai, padahal bel istirahat belum berbunyi. Siswa-siswi
menyerbu semua kedai makanan yang ada di kantin. Diborong dah tuh. Banyak siswa
–siswi kelas satu sampai dengan kelas tiga nongkrong-nongkrong di tepi
lapangan. Tiba-tiba ada panggilan alam yang memperingati Cinta untuk menjauh
dari tempatnya berjalan. Cinta pun mencari asal suara itu dan apa yang dilihat
Cinta ? bola basket melayang tepat ke arahnya. Dengan sigap Cinta menangkap
bola itu dengan gaya khas anak basket yang baru aja menerima umpan dari
rekannya dan dimasukkannya bola itu ke arah ring dan MASUK !! tepukan tangan
yang cukup meriah itu meramaikan pagi yang menjelang siang ini. Cinta pun
melanjutkan langkahnya menuju kantin. Tiba-tiba ada seseorang yang mengejar
Cinta dan menepuk pundaknya.
“Hi !” seru seorang yang tadi menepuk pundaknya. “Nama loe siapa ? tadi
lemparan loe boleh juga.” dilanjut dengan perkenalan awal, sambil mengulurkan
tangan dan tersenyum manis pada cewek tomboy satu ini.
“Gue Cinta. Nama kakak siapa ?” Cinta pun menyambut tangan yang menjabatnya
dengan senyum manis pula.
“Nggak usah panggil kakak, panggil gue Aldo.” Ajegile, masih ada juga ya cowok
yang super duper keren kayak gini di sekolah gue. Cinta ngobrol sendiri dalam
hati and gak lupa gaya melamunnya.
“Hay Cin, ko malah diem ?” lamunan Cinta langsung pecah, karna keasyikan
ngelamunin cowok di depannya.
“Oh, nggak pa-pa kok.” Cinta terpojok dan memerahlah wajah cantiknya. Kayak
tomat yang baru aja masak.
“Oya, loe mau ke kantin kan ? bareng yuk !” ajak Aldo sok kenal sok dekat.
Makin merah aja tuh wajah tomat Cinta, nggak habis fikir gara-gara dia mau
kelempar bola
jadi bisa kenal cowok se keren Aldo. Lumayanlah.
***
Perasaan Cinta membludak, kacau dan benar-benar tidak terkontrol. Dilemparnya
tas itu ke atas kasur dan dibaringkannya tubuh mungil itu ke dermaganya.
Fikiran Cinta melayang, menerawang dan memutar-mutar isi otaknya. Kedua lelaki
yang sekarang sedang mencoba mendekatinya, tiba-tiba saja berjalan-jalan di
otaknya. Entah itu Revan ataupun Aldo. Nggak tau gimana keduanya jadi saling
mendekati Cinta. Untuk Revan, mungkin karna memang dia sekelas dengan Cinta,
sedangkan Aldo yang tiba-tiba dikenalnya karna adegan yang nggak terduga. Karna
bola basket itu yang membuatnya jadi kenal dengan sesosok cowok yang super
duper keren itu. Yang jelas, mereka sedang berlomba untuk mendapatkan hati
Cinta. Wajah itu tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam angan Cinta. Wajah itu
terlihat lebih tampan dari pandangan aslinya. Cinta pun sendiri bingung apa
yang terjadi pada dirinya, ia benar-benar pusing tujuh keliling dunia jalan
kaki.
***
“Cin, gue mau ngomong sesuatu sama loe.” Sorot matanya yang tajam menghinggap
serius dan cowok itu pun menarik tangan Cinta.
“Apa-apaan sih loe Van !” Cinta membentak sekaligus kaget dengan tingkah dan
sikap Revan.
“Gue mau ngomong penting sama loe. Gue minta maaf udah buat loe marah kayak
gini. Please, dengaerin gue dulu.” Suara Revan melemah dan kini tatapannya pun
melemah. Anak-anak di sekitar lapangan basket berkerumun mendekati Revan dan
Cinta. Dan membuat sebuah lingkaran yang di tengahnya ada Revan dan Cinta yang
sekarang jadi pusat perhatian.
“Dengerin semua ! gue Revan, sebelumnya gue minta maaf udah ganggu waktu
istrahat loe-loe semua. Di sini, dan di tempat ini, gue mau nyatain cinta sama
seorang cewek. Emang bisa dibilang norak. Gue sendiri juga nggak nyangka bisa
suka sama cewek secepat ini. Tapi gue udah yakin dengan perasaan gue, dan
segala resiko ditolak gue udah siap.” Tiba-tiba Revan duduk merendah di hadapan
Cinta. Cinta bengong tak bisa berkutik.
“Cin, gue suka sama loe, sejak pertama gue liat loe. Loe mau nggak jadi cewek
gue ?” Dor !! tembakan sudah tepat sasaran.
“Gue . . . gue . . .” Cinta terbata-bata.
“Gue tahu Cin, ada cowok lain yang menyukai loe juga. Dan loe juga menyukainya.
Dia kan ?” Revan menunjuk Aldo sinis, yang baru saja tiba di TKP.
“Revan !” bentak Cinta seketika.
“Oke, oke. Gue ngerti. Sekarang loe pilih gue atau dia ?” Revan melemah.
“Sebelumnya gue terimakasih sama loe Van. Gue nggak nyangka aja loe berani
nembak gue langsung di hadapan teman-teman gue. Oya, buat Aldo, makasih loe dah
baik banget sama gue.” Cinta memandang Aldo. Aldo pun tersenyum mendengar
ucapan Cinta.
“ dan buat Revan, jujur aja gue rada stres deket sama loe. Yang akhirnya
membuat gue bermusuhan sama Stela and geng-nya sampe bikin gue ribut di kantin.
Itu karna loe. Dan Cuma gara-gara salah paham gini, temen gue jadi ikut-ikutan
apes karna loe. Tapi setelah beberapa hari gue berfikir tentang perasaan gue,
gue udah pastiin kalau gue suka . . . . . Aldo.” Jelegar ! petir menyambar hati
Revan. Aldo yang sedari tadi melihat adegan itu, tersenyum puas dan merasa
menang.
“Oke, gue terima keputusan loe. Makasih.” Revan sangat kacau dan beralalu
pergi.
“Tapi gue lebih mencintai loe Van ! lebih-lebih dari perasaan gue ke Aldo.”
Cinta berteriak dan menghampiri Revan. Langkah Revan terhenti.
“Apa Cin ?” Revan tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.
“Gue lebih mencintai loe Van, gue . . . . . . . gue mau banget jadi pacar loe.”
Cinta mengulang ucapannya. Revan pun tersenyum senang. Seluruh anak di lapangan
basket itu bertepuk tangan gembira, menyambut jawaban Cinta untuk menerima
Revan.
“Makasih Cin, gue seneng dengernya.” “Oke. Nih gue tantang loe main basket satu
lawan satu. Siapa yang kalah, harus mentraktir seluruh anak satu sekolahan.
Gimana ?” tantang Revan yakin.
“Oke. Siapa takut !” Cinta dipeluk Revan dengan mesra dan anak-anak yang lain
pun ikut berpelukan kayak teletubies.
“Yeeaaahhhhh . . . . . . . . . . . . .” seruan berbarengan seluruh siswa. Aldo
dan Stela pun pergi meninggalkan lapangan dengan hati yang teramat sakit dan
kecewa.
***
“Kat ! Kat ! Ending yang bagus. Saatnya bilang ‘SEM PUR NA’.” Suara Sutradara
memecah gembira di tengah-tengah kegembiraan para pemain cerpen ‘KISAH CINTA
ABU-ABU’. Semua berpelukan tanda gembira.
**Menganalisis
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Pada Cerpen**
o> Unsur
Intrinsik
Tema : Kisah Cinta Masa Putih Abu-Abu
Alur : Alur cerpen ini adalah alur maju , karena jalan cerita di
jelaskan secara runtut. Pada awal cerita diawali dengan pengenalan tokoh ,
kemudian si tokoh berpapasan dengan seorang laki-laki dalam cerita itu.
Kemudian salah satu tokoh iri dengan pertemuannya itu. Kemudian timbul suatu
pertentangan yang berlangsung ke konflik (klimaks) dilanjutkan dengan
antiklimaks dan pada akhir cerita terdapat penyelesaian.
Latar : > Tempat :
Dirumah, sekolah, tempat parkir, lapangan
Basket, kantin
> Suasana
: Ramai, menegangkan, serius, senang,
berbunga-bunga
> Waktu : Pagi dan
siang hari
Sudut
Pandang : - Orang Pertama (Gue)
- Orang
Ketiga (Menyebutkan nama tokoh)
Penokohan : Cinta
= Baik, pemberani, cuek (Protagonis)
Stella =
Jahat, cerewet, tajir (Antagonis)
Revan =
Baik, pemberani, tampan (Tritagonis)
Aldo =
Baik kalau ada maunya
Siska =
Cerewet, cupu, kekanak-kanakan
Gaya
Bahasa : Metafora = Cinta terpojok dan memerahlah wajah
cantiknya.
Kayak tomat yang baru aja masak.
Metonimia
= Mobil BMW, gelang Power Balance, tas
Export
Denotasi =
Bahasa gaul tidak baku, namun mudah dipahami
oleh pembaca sehingga pembaca
dapat merasakan apa yang dialami oleh pemain.
o> Unsur
Ekstrinsik
Kehidupan
masyarakat tempat karya itu diciptakan :
Dalam cerpen kisah Cinta Masa Putih Abu-Abu dengan penulis
Nara Lanina Stevania. Pandangan hidup si penulis tentang masa-masa SMA-nya
seperti pada tokoh Cinta yang digambarkan engan karakter pemberani.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Cerpen :
Nilai
Budaya : Cerita pada cerpen tadi mempunyai kaitan yang sangat
dengan kehidupan kita
sehari-hari. Remaja atau istilah kerennya ABG yang sedang mencari identitas
diri, suka mengikuti apa yang dianggap mereka hebat dan trend saat ini. Budaya
zaman sekarang yang penuh dengan permasalahan percintaan.
Nilai
Sosial : Kelicikan para remaja yang saling menjatuhkan satu sama
lain
untuk memperoleh apa yang mereka inginkan itu
sangat tidak sesuai dalam
kehidupan bermasyarakat. Berpenampilan glamour dan menggunakan barang-barang
bermerk itu sudah hal biasa dikalangan remaja.
Nilai
Moral : Kita harus berani menghadapi masalah. Selagi kita masih
muda kita harus berani mencoba
hal-hal baru dan tantangan. Jangan takut sebelum mencoba. Berani mengambil
resiko, dikemudian hari pasti akan berguna dan mendapatkan kebahagiaan.
Nilai Agama : Sesakit apapun hati kita, kita harus
tetap berlapang dada
meskipun kita melihat orang yang
kita sayang berpelukan dengan orang lain. Kita harus merelakan orang yang kita
sayang bersama orang lain, jika itu yang membuatnya bahagia.
Semoga
bermanfaat ya guys .. https://www.facebook.com/ina.lnina